Digitalisasi Sektor Pendidikan untuk Hadapi Revolusi Industri 4.0

Rabu, 05 Mei 2021

Tangerang Selatan, Ditjen Aptika  Pemerintah harus lebih banyak mengakselarasi startup di sektor pendidikan. Digitalisasi sektor pendidikan untuk meningkatkan pengetahuan kepala sekolah dan siswa dalam menghadapi Revolusi Industri 4.0.

Transformasi teknologi menyebabkan pemerintah harus lebih banyak memfasilitasi dan mengakselarasi startup terutama di sektor pendidikan. Berdasarkan kajian Price Waterhouse Cooper (PwC), penilaian keadaan digital Indonesia berada di tahap berkembang yang ditandai sudah ada beberapa konten edukasi secara online serta integrasi kemampuan digital dalam kurikulum formal, kata Plt. Direktur Ekonomi Digital, Nizam Waham saat acara seminar dan workshop Menyiapkan Kepala Sekolah dan Siswa dalam Menghadapi Revolusi Industri 4.0 melalui Mata Pelajaran Informatika di Kota Tangerang Selatan, Rabu (10/04/2019).

Nizam melanjutkan, inisiatif-inisiatif pendorong digitalisasi pada sektor pendidikan meliputi aplikasi edukasi, distribusi konten digital, strategi pelatihan e-teacher, nilai dan identitas nasional serta forum guru digital. Pembelajaran digital dapat menghilangkan kantung-kantung putus sekolah dan rendahnya kinerja tenaga kependidikan di daerah, serta meminimalisir kesenjangan pendidikan antara daerah terpencil dan perkotaan.

Ada beberapa startup sektor Pendidikan di Indonesia, misalnya ruang guru, harukaedu, squline, cilsy, clevio coder camp, IndonesiaX, pesonaedu, zenius dan kelase, ujar Nizam.

Sementara itu Indra Charismiadji menjelaskan tentang edukasi 4.0 dengan desain pembelajaran menggunakan materi STEAM (Science, Technology, Engineering, Arts, dan Mathematics) yang terintegrasi. Implementasinya dilakukan dengan cara akses materi yang terbuka. Dalam hal inisiatif digitalisasi Pendidikan perlu memperhatikan tiga pilar, yaitu infrastruktur, infokultur dan infostruktur.

Pembicara lain, Sutjipto, memaparkan bahwa Revolusi Industri 4.0 menyebabkan terjadinya teknologi disrupsi (disruptive technology) yang dapat mengancam keberadaan dan fungsi serta peran manusia. Seseorang hendaknya bukan hanya pengguna pasif, tetapi sebaliknya juga aktif dan menguasai teknologi.

Adanya standard dan framework kurikulum informatika yang sudah dirilis dan diimplementasikan oleh negara maju, antara lain yang dirilis oleh Association for Computing Machine (ACM), Computer Science Teacher Association (CSTA), dan Lembaga nirlaba (code.org). Di dunia digital yang dipenuhi dengan komputasi dan komputer, lulusan sekolah harus mempunyai pemahaman tentang informatika, jelas Sutjipto.

Seminar dan workshop ini diadakan dalam rangka mendorong pelaksanaan penerapan mata pelajaran Informatika di Sekolah Menengah Pertama berdasarkan Permendikbud Nomor 35, 36, dan 37 Tahun 2018. Adapun tujuan dari seminar ini adalah untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan mempersiapkan siswa berkompetensi di Abad 21, yaitu kemampuan berpikir kritis, logis, kreatif, kolaboratif dan komunikatif.

Kegiatan ini diselenggarakan oleh Kementerian Kominfo bekerja sama dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Banten, Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Ajar dan Kurikulum Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, serta startup di sektor Pendidikan (Eduspec), Diknas Tangerang, Diknas Tangsel, Diknas DKI serta dihadiri oleh Kepala Sekolah dan guru dari berbagai Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Indonesia. (pae)


Recent Post

Card image cap

kisah Mahasiswa Abadi : Anthony Brutto.

Minggu, 08 Agustus 2021

...

Selengkapnya
Card image cap

Posisi Mendikbud Dinilai Sesuai Tantangan Revolusi Industri

Rabu, 07 Juli 2021

...

Selengkapnya
Card image cap

Menristekdikti: Jadikan Revolusi Industri 4.0 Peluang bagi Indonesia Berkreasi dan Berevolusi

Minggu, 06 Juni 2021

...

Selengkapnya